Kontroversi adalah suatu pertentangan atau sebuah masalah yang memiliki dua sisi berlainan. Banyak teori, buku dan film tentang masa depan yang telah dibuat dan sebagian besar membuat kita menaruh harapan, sebagian justru membuat kita merinding karena efek dari kecanggihan masa depan. Namun sejujurnya, kita tidak akan pernah mengetahui persis apa yang akan terjadi besok atau bahkan dalam 50 tahun mendatang. Jika Kalian berpikir john titor si penjelajah waktu adalah topik yang paling kontroversial, berarti anda belum melihat yang satu ini. Berikut Kontroversi Tentang Masa Depan Yang paling Ditakuti.
Kontroversi Seks Di Masa Depan
Sejak manusia gua pertama kali menggunakan alat pertamanya untuk mengukir sesuatu yang berbau porno menjijikkan, sudah jelas bahwa sejarah manusia sebagian besar terdiri dari pemanfaatan teknologi baru untuk kepuasan seksual. Fotografi, sinematografi, internet, karet vulkanisir, dan mesin cetak, semua disalahgunakan sedemikian rupa tak berapa lama setelah ditemukan, dan masa depan pun sepertinya tidak akan ada yang berbeda. Bedanya secara visual akan terlihat lebih berkualitas.
Lebih jelasnya, saat ini kita sedang berbicara tentang robot pelacur, suatu konsep yang begitu menggelikan. Ini bukan hanya sekedar kata-kata. Ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa tahun 2050 bisa menjadi sebuah dunia di mana prostitusi melibatkan manipulasi dalam kecerdasan buatan dan robotika untuk tujuan kesenangan. Saat ini kita telah membuat komputer yang hampir secerdas otak manusia, dan mungkin pada tahun 2030 komputer sudah menyamai kecerdasan kita. Coba bayangkan kemajuan yang besar dalam robotika ini dimanfaatkan oleh para pengusaha busuk untuk membuat tempat prostitusi otomatis yang pertama. Pada saat itu, akan terjadi benturan budaya. Ketika mesin bisa bermain dengan setiap fantasi kita, apakah kita menyambutnya dengan suka cita? Ataukah akan terjadi pertentangan besar-besaran yang mengerikan dari para penjaga moral? Seluruh pemahaman kita tentang seksualitas manusia mungkin akan berubah dalam waktu singkat, dan dampak dari pergeseran tersebut pasti akan sangat besar.
Kematian Etika Dan Privasi
Salah satu contohnya adalah Google Glass. Ini adalah komputer yang dapat dikenakan pada manusia dan sekilas terlihat seperti sebuah kacamata. Sebagian orang menyebutnya kacamata masa depan. Mengapa demikian? Karena dalam sekejap mata, alat ini mampu mengambil gambar, video atau melakukan banyak hal pintar lainnya. Dan ini bisa membuat hubungan sosialita menjadi lebih menjijikkan.
Masalahnya berasal dari teknologi pengenalan wajah. Penelitian telah menunjukkan bahwa teknologi ini dapat memilih orang-orang untuk keluar dari kerumunan dan menarik hampir apapun pada mereka mulai dari gambar Facebook, nomor jaminan sosial, profil Linkedin dan banyak lagi, sehingga memiliki potensi besar untuk disalahgunakan, tetapi lebih dari itu, bisa dibayangkan berarti kematian kebebasan pribadi (privasi).
Bayangkan sebuah dunia di mana setiap orang yang berpapasan dengan anda, mereka dalam waktu singkat dapat mengetahui semua hal tentang anda, mulai dari alamat, nomor telepon sampai ke hal-hal yang sangat pribadi dan mungkin memalukan. Teman, kolega dan semua anggota keluarga anda akan terungkap, termasuk hal-hal yang anda rahasiakan selama ini dimana orang lain tidak boleh mengetahuinya. Terdengar seperti mimpi buruk? Nah, saat seseorang menggabungkan perangkat lunak pengenalan wajah dengan sesuatu seperti Google Glass, mimpi buruk tersebut mungkin akan menjadi kenyataan. Google sendiri saat ini menentang gagasan itu, tapi potensi itu dapat muncul suatu hari nanti, siapa yang tahu? Dan ketika itu terjadi, anda dapat mempersiapkan diri untuk ikut terlibat dalam perdebatan etika atau privasi.
Ruang Angkasa Punya Siapa?
Sepertinya ini adalah pertanyaan bodoh, pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh anak SD: “Siapa yang memiliki ruang angkasa?” Tapi kebodohan ini sebenarnya lebih rumit dari yang anda pikirkan. Dan mungkin saja akan menjadi materi utama perdebatan yang sengit. Berkilas balik, pada tahun 1967, sebagian besar negara menandatangani Perjanjian Luar Angkasa, yang menyatakan bahwa tidak ada bangsa yang dapat mengklaim setiap “benda langit.”
Sebuah perusahaan bernama Planetary Resources dalam waktu dekat akan segera memulai proyek mereka dalam menambang Asteroid. Menambang? Asteroid? Bagaimana ceritanya? Yup! Yang akan mereka lakukan adalah menambang Asteroid dalam arti yang sebenarnya. Mengambil sumber daya yang berharga dari sebuah Asteroid untuk kemudian dibawa kebumi. Pada prinsipnya sama dengan menambang emas,berlian atau logam berharga lainnya di bumi. Bedanya penambangan kali ini dilakukan di luar angkasa. Cerita yang mungkin terdengar gila, tapi percayalah ini benar adanya.
Planetary Resources sempat mencuri perhatian beberapa tahun yang lalu. Mereka adalah perusahaan yang mempunyai misi untuk menambang Asteroid. Mereka menterjemahkan misi yang nyaris tidak mungkin tersebut menjadi mungkin untuk mewujudkan. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah mendapatkan pendanaan untuk memulai proyek ini.
Eric Anderson dan Peter Diamandis yang mendirikan Planetary Resources berhasil mendapatkan pendanaan di tahun 2012 lalu. Larry Page yang merupakan pendiri Google merupakan salah seorang investor yang mengucurkan dana untuk mereka waktu itu. Semenjak itu, tak ada kabar terbaru yang datang dari Planetary Resources.
3 Tahun berselang, Planetary Resources (PR) bersiap untuk meluncurkan satelit pertama mereka. Waw, mereka kini sedang melakukan lompatan besar dengan melakukan sesuatu hal yang sama sekali baru. Menambang Asteroid. Satelit pertama PR saat ini sudah berada di stasiun luar angkasa milik NASA. Satelit ini tinggal menunggu jadwal untuk terbang ke satelit yang akan di eksplorasi. Jadi kembali lagi pertanyaannya Ruang angkasa itu punya siapa?
Ekspolarsi Perjalanan Yang Mematikan
Anda mungkin masih ingat ketika fiksi ilmiah menjanjikan bahwa kita akan memiliki koloni di Mars suatu saat nanti. Ada alasan yang sangat baik mengapa kita tidak melakukan perjalanan ke Mars saat ini. Teknologi yang kita miliki sekarang belum cukup untuk melindungi anda dari kematian. Para ilmuwan memperkirakan kemungkinan ledakan besar dari radiasi matahari yang akan memusnahkan awak para penjelajah Mars. Tidak mengherankan jika NASA tidak terlalu berminat untuk mengambil resiko tersebut dan menolak untuk mengirim astronot kesana. Tapi ada satu hal: perusahaan swasta tidak memiliki keraguan semacam itu. Dan itulah masalahnya bisakah kita benar-benar mengirim orang menuju kematian, walaupun jika mereka sendiri yang ingin pergi?
Sekarang, jawaban yang pasti adalah “ya.” Eksplorasi telah lama diidentikkan dengan kenekatan yang mempertaruhkan nyawa untuk membawa ilmu pengetahuan baru. Tapi pernahkah anda menyadari bahwa telah terjadi bencana besar ketika mengeksplorasi ruang angkasa beberapa dekade lalu. Ingat bencana Hindenburg? Kala itu balon udara zeppelin meledak dan terbakar di udara membunuh seluruh penumpang dan awak, padahal telah diobservasi menjadi transportasi udara paling aman dan nyaman dibanding yang lain. Kemudian bencana pesawat ulang alik Challenger tahun 1986. Apa yang akan dilakukan oleh beberapa awak nanti berjuta-juta mil jauhnya dari rumah untuk mengeksplorasi ruang angkasa? Coba tebak? Mungkin pada tahun 2018 kita akan menemukan jawabannya.
Perebutan Sumber Daya Alam Global
Rasanya kepala kita tidak bisa berpikir lebih jauh, memikirkan bagaimana dunia yang kita tinggali ini memiliki persediaan air, makanan, dan energi yang semakin menipis dan pemerintah harus bermain kotor untuk tetap memenuhi kebutuhan penduduknya. Menurut para ahli, skenario mimpi buruk ini akan terjadi tidak lama lagi dan kita tidak memiliki pilihan. Sekarang ini masalahnya akan menjadi semakin besar dan besar. Mantan kepala penasihat ilmiah di Inggris baru-baru ini mencatat bahwa pemerintah sudah berpartisipasi dalam perampasan tanah untuk mengamankan hak-hak pertambangan. Ketika pertempuran untuk mengamankan pasokan air dan makanan telah benar-benar kick off (dimulai), kita akan memiliki dilema etika.
Di satu sisi, mungkin akan mustahil untuk tetap menjadi pemain global utama tanpa menjadi semakin tak berperasaan. Gagasan seperti merawat kaum miskin, penegakan demokrasi, dan menghormati negara berdaulat mungkin harus diabaikan jika kita ingin hidup di atas permainan ekonomi sebuah proses dimana para politisi menyebutnya sebagai “menjadi lebih seperti China.” Di sisi lain, jika kita memutuskan untuk mempertahankan rasa belas kasihan, kita mungkin berada dalam situasi dimana mantan negara adidaya sudah tidak berada lagi di pentas panggung dunia. Jika anda berpikir krisis ekonomi terpolarisasi opini publik, tunggu sampai kebenaran berita ini terjadi. Ini akan menjadi pertempuran demi masa depan dan eksistensi bangsa dengan mata pencarian dari negara kita menjadi taruhannya.
Kontroversi makanan Di Masa Depan
Krisis daging mengacu pada cara kita secara global mencintai daging yang akhirnya dapat membawa malapetaka bagi seisi planet. Mulai negara maju hingga negara berkembang, konsumsi daging terus meningkat, dari rata-rata 20 kg per orang pada tahun 1990, sampai diprediksi 50 kg pada tahun 2030. Sejak kira-kira sepertiga dari tanah yang dapat digunakan di planet ini disisihkan untuk memelihara ternak, maka persediaan daging mulai melimpah. Kecuali kita ingin memperburuk perebutan sumber daya, kita harus mulai mencari alternatif dan di sanalah kontroversi mulai masuk.
Banyak dari kita hidup dalam budaya yang benar-benar tidak menyukai gangguan dengan pilihan makanan kita. Ketika NYC berusaha untuk membatasi penjualan secara besar-besasan soda tahun lalu, reaksi yang terjadi sangat mengerikan. Jadi apa yang anda pikir akan terjadi ketika pemerintah mulai mendorong adanya daging buatan pada kita? Prediksi: orang akan merespon dengan cara yang sama persis setiap kali ada yang mencoba mendorong seseorang dengan sesuatu. Mereka akan bertahan dan bahkan mendorong balik dengan banyak kemarahan. Mungkin ini bukan hanya ramalan masa depan
Kontroversi Kemiskinan Massal
Tinggal di negara-negara kaya dengan kelas menengah yang sedang berkembang, mungkin kebanyakan dari kita telah terbiasa membaca hal ini dengan tingkat kenyamanan tertentu. Namun, di Eropa dan Amerika, semua stabilitas tersebut akhirnya mulai memudar. Dalam penelitian terbaru, Palang Merah Internasional menyatakan bahwa “sementara benua lain berhasil mengurangi kemiskinan, kemiskinan di Eropa justru bertambah,” sebelum ada catatan yang mengatakan bahwa masa depan Uni Eropa mungkin akan terjadi eksodus masal dan kemiskinan yang merata.
Di benua seberang, sekitar setengah dari semua orang Amerika saat ini tinggal dalam batas kemiskinan, dan tren penurunan ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Sebagaimana kehidupan perlahan-lahan menjadi lebih baik bagi orang-orang di negara berkembang, kehidupan justru akan semakin buruk bagi negara-negara Barat, dan tampaknya itu adalah sesuatu yang kita akan harus membiasakan diri. Sekarang ini menjadi perdebatan bahwa sebagian besar anak-anak kelas menengah saat ini akan lebih buruk daripada orang tua mereka, sementara mereka yang berada di bagian bawah akan lebih buruk dari sebelumnya. Pernahkah anda perhatikan bahwa anda tidak bisa mempunyai sesuatu seperti yang dimiliki orang tua anda. Apakah benar kemiskinan massal yang menakutkan ini sedang berjalan?
Nasib Para Pengungsi Iklim Global
Meskipun anda berpikir bahwa perubahan iklim global yang diakibatkan oleh ulah manusia adalah omong kosong, namun tidak mungkin kita menyangkal fakta bahwa planet kita ini semakin panas. Komisi Tinggi urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) memperingatkan bahwa bencana alam sehubungan dengan perubahan iklim dan menyusutnya sumber daya alam seperti air membuat penduduk di negara-negara berkembang terpaksa mengungsi. Dengan menyusutnya gletser di Pegunungan Rwenzori Uganda dan di pegunungan Himalaya Nepal, menguapnya danau-danau di Mali Chad, serta Ethiopia, dan erosi tanah karena penggundulan hutan di Haiti. Para pengungsi di seluruh dunia naik sebesar 3 juta orang.
Ini bukan hanya isu di kalangan akademis. Di suatu tempat seperti Bangladesh, akan menghadapi kemungkinan yang sangat nyata negara ini lenyap dalam 50 tahun ke depan, karena secara bertahap sekitar 30 juta orang penduduknya akan mengungsi ke suatu tempat. Rasanya tidak mungkin bagi pemerintah Bangladesh mampu mengatasi permasalahan ini. Jadi kemana mereka akan pergi? Jawabannya adalah: Kita tidak tahu. Dan itu terjadi hanya salah satu sudut di Asia. Penelitian menunjukkan di mana saja, mulai dari 150 juta hingga satu miliar orang bisa menjadi pengungsi iklim global. Dengan jumlah yang luar biasa dari orang-orang yang tiba-tiba kehilangan tempat tinggal, hal-hal yang mengerikan bisa saja mulai terjadi. PBB melaporkan kenaikan jumlah pengungsi tertinggi karena perubahan iklim.
Kontroversi yang sudah pasti membuat anda takut akan perubahan masa depan yang kira kira akan menjadi seperti itu. Berita unik kali ini yang mengulas tentang kontroversi masa depan yang paling ditakuti, semoga membuat kita semua sadar bahwa apa yang kita perbuat, hasilnya akan dinikmati oleh anak cucu kita. Berbuat baiklah pada alam.
Sumber: https://www.anehdidunia.com/2015/05/kontroversi-masa-depan.html
Sumber: https://www.anehdidunia.com/2015/05/kontroversi-masa-depan.html
0 Response to "Kontroversi Masa Depan Yang Paling Ditakuti"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.